Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut
para ahli:
- Bill Adams : Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan
psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif
- Wittgenstein : Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang
dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur
yang logis
- Ferdinand De Saussure : Bahasa adalah ciri pembeda yang
paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya
sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain
- Plato : Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata
(ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut
- Bloch & Trager : Bahasa adalah sebuah sistem simbol
yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja
sama.
- Carrol : Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural
mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan,
atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok
manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda,
peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia
- Sudaryono : Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif
walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana
komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
- Saussure : Bahasa adalah objek dari semiologi
- Mc. Carthy : Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir
- William A. Haviland : Bahasa adalah suatu sistem bunyi
yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat
ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu
Seperti yang telah saya singgung
sebelumnya,Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Nah, Sistem tersebut mencakup
unsur – unsur sebegai berikut :
1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh
masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang
ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan
3. Lambang – lambang tersebut bersifat arbiter (Kesepakatan)
digunaka secara berulang dan tetap
4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi
produktif
5. Sistem lambang bersifat unix, khas, dan tidak sama dengan
bahasa lain
6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat
universal
“So… Fungsi Bahasa itu apa aja?”.
Bahasa punya banyak fungsi dan peran yang sangat luas , diantaranya seperti
berikut:
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan
kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi
bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam
suatu ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas
karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama
dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan
komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami.
Masing – masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang
menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk :
aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan
mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan
potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan,
kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman
ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis,
karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas
dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke
arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat
yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang
sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan
senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan
siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu
memahami orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap
seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi
pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan, karakter,
paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines,
melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemempuan
inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus
diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir
sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya
apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya,
mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode)
mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa
kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat
berfikir logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga
dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui
proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus
dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu,
diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga
mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem
dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi,
narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan
ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam
berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki
beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat
berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang
tekun dan mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki
kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang mendalami
bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang
lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat
mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang
dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana
misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya
: membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan
untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran
dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama
proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut
menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan
tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber
pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan ketajaman,
kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan
kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang
menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala
potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya.
Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual.
Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan
suatu kretifitas yang baru.
Pentingnya Bahasa dalam Kehidupan
“Dalam kehidupan sehari-hari, peran Bahasa itu penting
banget gak sih?”. Yo jelas.. Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti
dari penggunaannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang
membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud. Tak
hanya dalam bentuk lisan, tentu saja bahasa juga digunakan dalam bentuk
tulisan.
Pemikiran seseorang tentunya akan
lebih mendapat pengakuan ketika sudah “dituliskan” sehingga orang lain yang
membaca akan mengetahui apa yang ingin disampaikan seorang penulis. Pada
dasarnya seluruh kegiatan manusia akan sangat berkaitan erat dengan bahasa.
Entah sekedar bercakap-cakap dengan teman, atau dalam kegiatan formal seperti
sekolah, kuliah bahkan dalam pekerjaan. Filsafat juga tidak dapat lepas dari
bahasa. Banyak filsuf yang justru mengawali pemikirannya dari problem bahasa.
Tentunya bahasa disini bukan berarti sekedar mempelajari tata gramatikal bahasa
ataupun bahasa asing, melainkan bagaimana pengertian seseorang dapat
terpengaruh ‘hanya’ dari penggunaan kata-kata atau pemikiran. Sangat penting
untuk dapat tetap berpikir kritis dalam mengerti ucapan seseorang maupun teks.
Teori-teori yang berkembang dalam
filsafat bahasa inilah yang kemudian menjadi alat bagi setiap orang untuk dapat
lebih mengeksploitasi sebuah pemikiran, baik yang terucapkan maupun dalam
bentuk teks.Mungkin akan terkesan “ah, bahasa kan sama saja dengan perbincangan
sehari-hari, apa susahnya sih? Toh, ucapan-ucapan itu bisa saja mudah
dimengerti.” Memang kesannya bahasa tidak ada kaitannya dengan filsafat. Tapi
Bahasa ternyata tidak hanya mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dengan
orang lain, tetapi juga dapat menjadi hal yang kompleks. Sebuah perjanjian
antar negara juga menggunakan bahasa yang disepakati pihak-pihak yang terkait
agar tercapai kesepakatan. Tanda-tanda yang hadir dalam kehidupan kita
sehari-hari juga bagian dari bahasa. Contoh, rambu-rambu lalu lintas tentu akan
sangat tidak efisien jika dituliskan dalam bentuk huruf.
Para pengguna jalan tentu tidak
akan sempat membaca tulisan-tulisan itu. Karena itu untuk mempermudah, dibuat
simbol-simbol yang dikonvensikan dan dimengerti masyarakat. Lalu bagaimana
dengan bahasa isyarat?
Ada orang-orang yang tentu tidak
dapat menggunakan bahasa verbal, karen itu dibuatlah kode-kode khusus agar
komunikasi tetap dapat berjalan dengan baik. Dan banyak kode-kode khusus lain
yang dibuat untuk mempermudah menyampaikan sebuah pesan. Bahasa verbal pun
ternyata tidak dapat diartikan secara harafiah begitu saja.
Ada kalanya sebuah teks atau
percakapan akan menggunakan ‘kode-kode’ penyampaian. Misalkan dalam bahasa
puisi. Ataupun politikus-politikus yang menggunakan kiasan-kiasan ketika
berpidato atau sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dari banyaknya peran
bahasa ini, kita dapat melihat bahwa mengerti bahasa bukan hal yang mudah.
Harus ada kekritisan dalam menerjemahkan sebuah pesan. Inilah pentingnya peran
interpretasi. Tanpa interpretasi, tentunya semua akan mengalir dengan datar.
Nampak membosankan bukan jika puisi ditulisakan sama dengan percakapan
sehari-hari. Justru simbol-simbol yang ada semakin memperindah penggunaan
bahasa.
Kudera dalam bukunya The Art of
Novel mengatakan bahwa manusia akhir-akhir ini memiliki kecenderungan ‘malas’
menginterpretasi segala sesuatu. Semakin maju perkembangan zaman, manusia
justru semakin terlihat pasrah menerima begitu saja segala sesuatu yang hadir.
Tak ada keinginan untuk mengartikan tanda-tanda disekitarnya. Akibatnya,
keberagaman hidup semakin berkuran. Ada kesan ingin menyeragamkan segalanya.
Menyedihkan sekali jika suatu saat semua orang menjadi ‘robot’ yang tidak
memiliki keunikan masing-masing. Hal ini terjadi akibat hilangnya sense
seseorang untuk berani memaknai teks.
Ada tiga tipe orang-orang yang
dianggap sebagai iblis pematian makna. Tipe pertama adalah orang-orang yang
selalu menertawakan ide-ide baru. Tipe-tipe oang semacam ini yang seringkali
menjatuhkan mental seseoarang yang ingin menyampaikan ide baru, dan tentu saja
seperti oang-orang konservatif, mereka tidak menginginkan perubahan. Tipe yang
kedua adalah orang-orang yang tidak mau mengartikan bahasa dan tanda yang ada,
ibarat umat yang ‘dibodohi’ oleh nabinya, mereka menurut begitu saja pada dogma
yang disampaikan oleh sang nabi. Hal ini sangat berbahaya terutama bagi
kreatifitas. Tanpa imajinasi tentunya tidak akan ada keberagaman hidup. Dan
tipe yang terakhir adalah tipe orang-orang yang hanya meniru yang sudah ada.
Ketiga tipe inilah yang seharusnya dihindari oleh setiap orang agar
perkembangan bahasa, tanda, dan pemaknaan menjadi lebih beragam.Filsafat
mencoba membawa bahasa pada pembahasan yang lebih kritis.
Ada beberapa poin yang dapat dikaitkan dengan bahasa. Antara
lain dengan :
- akal, yang sangat erat dengan logika.
- Makna dan interpretasi, yang merupakan bagian yang sudah
melekat dengan bahasa.
- Konvensi, karena tanpa konvensi bahasa tidak ada artinya
karena tidak dimengerti oleh semua orang.
- Dimensi bahasa obyektif, dapat dimengerti oleh semua untuk
mengatasi ruang dan bersifat universal dan ilmiah.
- Intertekstualitas, bagaimana teks-teks lain saling
mempengaruhi pemahaman seseorang.
Dan dari sinilah kita kemudian dapat menganalisa sebuah teks
atau tanda dengan aliran-aliran yang berkembang dari filsafat bahasa.
Beberapa sumber yang terkait dalam artikel ini :
http://aldyforester.wordpress.com/2013/03/24/pengertian-dan-fungsi-bahasa/
Muhammad Yusuf - 25111010 - 3KB04 - Universitas Gunadarma
Muhammad Yusuf - 25111010 - 3KB04 - Universitas Gunadarma
0 komentar:
Posting Komentar