1.Silogisme
Pengertian
Silogisme, adalah temuan terbesar
Aristoteles. Bertrand Russell berpendapat bahwa Aristoteles telah memberi
pengaruh yang demikian besar terhadap pengetahuan. Pengaruh terbesarnya adalah
dalam bidang logika terkusus silogisme.(History of the Western Philosophy,
London, George Allen & Unwin LTD, 1974, hal 206). Secara sederhana
silogisme merupakan penarikan kesimpulan secara tak langsung yang berbeda dari
Eduksi. Namun mari kita simak pendapat ahli tentang ini.
Pengertian
Silogisme Menurut Para Ahli
Sebagai pencipta silogisme, Aristoteles
mendefinisikan silogisme sebagai: "Argumen yang konklusinya diambil secara
pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan."
(Richard B. Angel, Reasoning and Logic, New York, 1964) Silogisme adalah suatu
bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak langsung, yang konklusinya
ditarik dari premis yang disediakan serentak (*1) Silogisme merupakan bentuk
penyimpulan tak langsung (mediate inference). Dikatakan demikian karena dalam
silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya diambil secara
sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu, yang
tidak terjadi dalam penyimpulan melalui eduksi. (*2) Ketiga pengertian di atas
pada dasarnya bermakna sama, hanya menggunakan bahasa yang berbeda, Oleh karena
itu mari kita melihat contoh silogisme.
Contoh
Silogisme
Karena silogisme merupakan penarikan
konklusi secara tak langsung, maka konklusinya haruslah ditarik dari dua
premis. Contoh:
-
Semua manusia
adalah mortal (premis 1 atau mayor)
-
Sokrates adalah
manusia (premis 2 atau minor)
-
Sokrates adalah
mortal (Konklusi)
Konklusi yang diambil pada contoh di
atas adalah sah menurut penalaran deduktif, karena ditarik secara logis dari
dua premis yang mendukungnya. Sedang apakah pernyataan itu benar, maka itu
harus dikembalikan pada kebenaran premis yang mendahuluiny. Tentu, bila ke dua
premis yang menjadi acuan adalah benar, maka konklusinya akan menghasilkan
kebenaran juga. Dengan demikian, ketepatan konklusi tergantung dari tiga hal
yakni: kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
konklusi.Sekiranya ke tiga unsur itu tidak terpenuhi, maka akan menghasiklan
konklusi yang salah. Contoh:
-
Semua yang keras
adalah tidak berguna
-
Air adalah tidak
keras
-
Air adalah tidak
berguna
Perlu dicatat bahwa proposisi tempat
kita mengambil konklusi bukanlah proposisi yang memiliki hubungan oposisi,
melainkan proposisi yang memiliki hubungan independen. Bukan sembarang hubungan
independen, melainkan memiliki term persamaan. Dengan kata lain, dua
permasalahan baru akan dapat ditarik konklusi dari keduanya bila memiliki term yang
menghubungkan keduanya.
Hukum Hukum
Silogisme dan Contoh Silogisme
Untuk mendapat kesimpulan yang benar, maka
patokan-patokan silogisme mesti diperhatikan.
1. Apabila dalam satu premis partikular, maka
kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan
Sebagian makan tidak halal dimakan (konklusi tidak
boleh semua makanan tidak halal dimakan)
2. Apabila salah satu premis negatif, konkusi harus
negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi
Sebagian pejabat adakah korupsi
Sebagian pejabat tidak disenangi (kesimpulan tidak
boleh sebagian pejabat disenangi)
3. Dari dua premis partikular, konklusi adalah tidak
sah.
Contoh:
Beberapa logam dibakar meleleh
Beberapa kayu dibakar terbakar
Beberapa batu dipanaskan meleleh (menghasilkan
kesimpulan yang salah)
4. Penarikan konklusi dari dua premis negatif adalah
tidak sah.
Contoh:
Kerbau bukan mawar
Kucing bukan mawar
(Konklusi tidak ada)
5. Dari dua proposisi yang term penengahnya tidak
tertebar akan menghasilkan konklusi yang salah.
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin
Binatang itu berdarah dingian
Binatang ini adalah ikan (padahal bisa juga binatang
melata)
6.Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten
dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak akan menghasilkan
konklusi yang salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang
Kambing bukan kerbau
Kambing bukan binatang (Binatang pada konklusi adalah
term negatif, sedang pada premis positif)
7. Term penengah mesti bermakna sama, baik dalam
premis mayor maupun minor. Bila term penengah ambigu akan dapat menghasilkan
kesimpulan yang salah.
Contoh:
Bulan itu adalah bersinar di langit
Nabilah datang bulan
Nabilah bersinar di langit
8. Silogisme harus terdiri dari tiga term: term
subjek, term predikat dan term middle.
Sumber:
1. Ibn
Taimiyah VS Para Filosof: Polemik Logika, Dr. Zainun Kamal, MA., Raja Grafindo
Persada, jakarta, 2006
2. Logika,
Drs. H. Mindiri, Jakarta, Rajawali Pres, 2009. Demikian pengertian silogisme
dan contoh silogisme
2.Entimen
Pengertian
Praktek nyata berbahasa dengan pola
silogisme memang jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik tulisan
maupun lisan. Namun entimen (yang pada dasarnya adalah pola silogisme) sering
dijumpai pemakaiannya. Di dalam entimen salah satu premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
-
Menipu adalah
dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi 2 bagian:
- Menipu adalah dosa. >> Kesimpulan
- Karena (menipu) merugikan orang lain. >>
Premis Minor, karena bersifat khusus.
Dalam kalimat di atas, premis yang
dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa
premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin subjeknva
"menipu". Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis mayornya:
Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
Untuk mengubah entimem menjadi
silogisme, mula-mula kita cari dulu simpulannya. Kata-kata yang menandakan
simpulan ialah kata-kata seperti: jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan
sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.
Referensi:
http://rafika-afriyani.blogspot.com/2010/03/menulis-merupakan-proses-bernalar.html
http://kallolougi.blogspot.com/2010/07/silogisme-silogisme-kategorik.html
0 komentar:
Posting Komentar